MUSUH
AWAL AKHIR SAHABAT
                
Pagi hari ini
cukup cerah, sinar matahari yang menerobos dari jendelaku membuatku terbangun.
Aku diam sejenak untuk menikmati cuaca pagi hari yang diiringi suara kicauan
burung yang terbang kesana kemari.
                
Setelah itu aku bergegas
mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah
“Hari ini aku tidak boleh terlambat, karena
hari ini aku akan menjadi siswa pindahan dan ini adalah hari pertamaku.
Semangat!”
Semua sudah siap tinggal sarapan. Aku keluar
kamarku dan ibu sudah menunggu di meja makan sesudah menyiapkan
sarapannya.Ayahku sudah pergi melaut pagi hari tadi.
“ Nak, ayo cepat makan.”
“ Iya ibu. Terima kasih bu.”
Sesudah sarapan aku berangkat ke sekolah.
                Sesampainya
di sekolah aku masuk ruang guru dulu untuk bertemu wali kelas ku. Di ruang guru
aku disuruh mengisi formulir. Tidak lama kemudian bel pun berbunyi.
“ Baiklah, bel sudah berbunyi. Mari kita masuk
ke kelas.”
“ Iya bu guru. Terima kasih.”
“ Sama-sama.”
                Kami
berjalan menuju kelas. Saat dikelas semua siswa terdiam dan semuanya menatap
kearah ku. Aku jadi gugup karena itu.
“ Selamat pagi anak-anak,”sapa bu guru
“ Pagi bu,”jawab para siswa
“ Didepan kalian ada teman baru kalian, dia
akan memperkenalkan dirinya dan dengarkan baik-baik.”
“ Silakan perkenalkan dirimu,”kata bu guru
kepadaku
“ Perkenalkan nama saya Pramita Mustika Kirani
biasa dipanggil Mita.Saya harap saya bisa berteman dengan kalian semua dan
kalian mau berteman dengan ku. Terimakasih.”
“ Ya, ada pertanyaan untuk Mita? Silakan bagi
yang ingin bertanya.”kata bu guru
Lalu ada satu siswi yang mengacungkan
tangannya dan bertanya
“ Orang tuamu bekerja apa dan bagaimana kamu
bisa sampai kesini dengan dandanan kucelmu itu! Hahahaha” siswi itu dengan
ketiga temannya menertawaiku.
“Ayahku seorang nelayan dan ibuku membuka
usaha jahit dirumah. Memangnya kenapa dengan dandanan seperti ini. Aku kesini
bukan untuk berdandan cantik-cantik, tapi aku kesini mau belajar. Aku bisa
kesekolah ini karena beasiswa, jadi aku tidak perlu malu dengan apa yang ada di
diriku ini.”
“ Baiklah, sudah perkenalannya. Kita akan
mulai pelajaran. Kamu Mita bisa duduk dibangku belakang itu ya.”
“ Baik bu, terima kasih.”
Aku duduk dibangku belakang dengan sorang
siswi yang bernama Afika Septiani. Aku dan Afika jadi teman.
Bel istirahat berbunyi...
“ Baiklah anak-anak, kita lanjutkan besok.
Selamat siang.”
“ Siang bu.”
                Aku
pergi kekantin bersama Afika, Aku hanya sekedar membeli makanan ringan
saja.Tiba-tiba ada yang mendorongku dari belakang hingga aku hampir jatuh. Dia
adalah Rena dan temannya yang menertawaiku saat perkenalanku tadi pagi.
“ Ups, maaf. Aku gak sengaja tadi.”
“ Maksud kamu apa sih. Kamu kayaknya gak suka
banget sama aku. Apa masalahnya. Aku juga baru masuk hari ini.”
“ Oh gitu ya, kasiaan. Makanya jangan sekolah
disini. Aku tuh paling gak suka sekelas sama anak orang miskin.” Rena dan
temannya mengejekku dan menertawaiku.
“ Udah Mita gak usah didengerin. Ayo kita
pergi aja.”Afika mengajakku pergi.
“ Iya ayo kita pergi aja.”
                
Sampai pulang
sekolah aku terus diganggu oleh geng Rena itu. Di esok harinya pun dia terus
menggangguku. Sampai suatu hari Rena terlihat berada dipinggir jalan sambil
melihat-lihat mobilnya itu, karna dia anak orang kaya makanya dia kemana-mana
naik mobil. Mungkin dia habis pergi jalan-jalan sama temennya terus pulangnya
mobilnya mogok. Aku yang melihat Rena sedang kesusahan itu ingin membantunya,
tapi dia sudah banyak berbuat jahat padaku. Namun, entah kenapa aku tetap ingin
menolongnya. Aku mendekatinya dan menanyakannya.
“ Eh anak sombong. Kenapa mobilnya? Mogok ya.
Sini aku bantuin.”
“ Eh,eh,eh, aku punya nama kali, dan namaku
tuh bukan eh. Kamu gak usah bantu-bantu deh entar malah jadi tambah rusak
gara-gara tanganmu itu.”
“ Oh gitu yah, okeh kalau gak mau dibantu.
Kebetulan”
“ Eh tuggu-tunggu, emangnya kamu bisa benerin
mobil ini apa? Kalau bisa coba benerin.”
“ Tuh kan sombong sih, untung aku lagi baik
hati. Coba sini aku benerin. Aku gini-gini juga pernah masuk perbengkelan, jadi
lumayan tau tentang beginian.”
                
Beberapa lama
kemudian..
“ Nah, udah jadi tuh mobilnya.”
“ Okeh, nih uangnya ambil aja.”
“ kamu tuh ya, mentang-mentang anak orang
kaya. Aku tuh gak butuh uang kamu. Aku tuh cuma butuh ucapan terimakasih aja.
Mendingan tadi aku gak usah nolongin. Udah ditolongin malah gini. Hah, udahlah”
Rena yang melihatku wajahnya sedikit gak enak
gitu.
                
Esok harinya,Rena
yang biasanya ngganggu aku malah sekarang jadi baik sama aku.
“ Hai Mita, makasih ya buat yang kemarin. Maaf
aku salah kemarin.”
“ Iya gak apa-apa kok.”
“ Nanti pulang sekolah aku mampir kerumahmu
ya. Kalau boleh aku mau belajar sederhana kaya kamu. Jadi aku boleh ya tinggal
dirumah kamu buat beberapa hari aja. Ok?”
“ Beneran ini, aku gak salah dengar kamu mau
kerumah ku? Dengan senang hati.”
“ Makasih Mita.”
                Sejak
saat itu aku dengan Rena menjadi teman baik dan bersahabat. Kami banyak
menghabiskan waktu bersama. Rena bahkan sering tinggal dirumah ku. Dan akupun
sebaliknya. Hidupku jadi lebih bahagia karena ada sahabat yang selalu disisiku.
Aku harap persahabatan ini tidak akan berakhir dan akan selamanya seperti ini.