Kamis, 01 Desember 2016

musuh sahabat



MUSUH AWAL AKHIR SAHABAT
               
Pagi hari ini cukup cerah, sinar matahari yang menerobos dari jendelaku membuatku terbangun. Aku diam sejenak untuk menikmati cuaca pagi hari yang diiringi suara kicauan burung yang terbang kesana kemari.
               
Setelah itu aku bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah
“Hari ini aku tidak boleh terlambat, karena hari ini aku akan menjadi siswa pindahan dan ini adalah hari pertamaku. Semangat!”
Semua sudah siap tinggal sarapan. Aku keluar kamarku dan ibu sudah menunggu di meja makan sesudah menyiapkan sarapannya.Ayahku sudah pergi melaut pagi hari tadi.
“ Nak, ayo cepat makan.”
“ Iya ibu. Terima kasih bu.”
Sesudah sarapan aku berangkat ke sekolah.

                Sesampainya di sekolah aku masuk ruang guru dulu untuk bertemu wali kelas ku. Di ruang guru aku disuruh mengisi formulir. Tidak lama kemudian bel pun berbunyi.
“ Baiklah, bel sudah berbunyi. Mari kita masuk ke kelas.”
“ Iya bu guru. Terima kasih.”
“ Sama-sama.”

                Kami berjalan menuju kelas. Saat dikelas semua siswa terdiam dan semuanya menatap kearah ku. Aku jadi gugup karena itu.
“ Selamat pagi anak-anak,”sapa bu guru
“ Pagi bu,”jawab para siswa
“ Didepan kalian ada teman baru kalian, dia akan memperkenalkan dirinya dan dengarkan baik-baik.”
“ Silakan perkenalkan dirimu,”kata bu guru kepadaku
“ Perkenalkan nama saya Pramita Mustika Kirani biasa dipanggil Mita.Saya harap saya bisa berteman dengan kalian semua dan kalian mau berteman dengan ku. Terimakasih.”
“ Ya, ada pertanyaan untuk Mita? Silakan bagi yang ingin bertanya.”kata bu guru
Lalu ada satu siswi yang mengacungkan tangannya dan bertanya
“ Orang tuamu bekerja apa dan bagaimana kamu bisa sampai kesini dengan dandanan kucelmu itu! Hahahaha” siswi itu dengan ketiga temannya menertawaiku.
“Ayahku seorang nelayan dan ibuku membuka usaha jahit dirumah. Memangnya kenapa dengan dandanan seperti ini. Aku kesini bukan untuk berdandan cantik-cantik, tapi aku kesini mau belajar. Aku bisa kesekolah ini karena beasiswa, jadi aku tidak perlu malu dengan apa yang ada di diriku ini.”
“ Baiklah, sudah perkenalannya. Kita akan mulai pelajaran. Kamu Mita bisa duduk dibangku belakang itu ya.”
“ Baik bu, terima kasih.”
Aku duduk dibangku belakang dengan sorang siswi yang bernama Afika Septiani. Aku dan Afika jadi teman.

Bel istirahat berbunyi...

“ Baiklah anak-anak, kita lanjutkan besok. Selamat siang.”
“ Siang bu.”

                Aku pergi kekantin bersama Afika, Aku hanya sekedar membeli makanan ringan saja.Tiba-tiba ada yang mendorongku dari belakang hingga aku hampir jatuh. Dia adalah Rena dan temannya yang menertawaiku saat perkenalanku tadi pagi.
“ Ups, maaf. Aku gak sengaja tadi.”
“ Maksud kamu apa sih. Kamu kayaknya gak suka banget sama aku. Apa masalahnya. Aku juga baru masuk hari ini.”
“ Oh gitu ya, kasiaan. Makanya jangan sekolah disini. Aku tuh paling gak suka sekelas sama anak orang miskin.” Rena dan temannya mengejekku dan menertawaiku.
“ Udah Mita gak usah didengerin. Ayo kita pergi aja.”Afika mengajakku pergi.
“ Iya ayo kita pergi aja.”
               
Sampai pulang sekolah aku terus diganggu oleh geng Rena itu. Di esok harinya pun dia terus menggangguku. Sampai suatu hari Rena terlihat berada dipinggir jalan sambil melihat-lihat mobilnya itu, karna dia anak orang kaya makanya dia kemana-mana naik mobil. Mungkin dia habis pergi jalan-jalan sama temennya terus pulangnya mobilnya mogok. Aku yang melihat Rena sedang kesusahan itu ingin membantunya, tapi dia sudah banyak berbuat jahat padaku. Namun, entah kenapa aku tetap ingin menolongnya. Aku mendekatinya dan menanyakannya.
“ Eh anak sombong. Kenapa mobilnya? Mogok ya. Sini aku bantuin.”
“ Eh,eh,eh, aku punya nama kali, dan namaku tuh bukan eh. Kamu gak usah bantu-bantu deh entar malah jadi tambah rusak gara-gara tanganmu itu.”
“ Oh gitu yah, okeh kalau gak mau dibantu. Kebetulan”
“ Eh tuggu-tunggu, emangnya kamu bisa benerin mobil ini apa? Kalau bisa coba benerin.”
“ Tuh kan sombong sih, untung aku lagi baik hati. Coba sini aku benerin. Aku gini-gini juga pernah masuk perbengkelan, jadi lumayan tau tentang beginian.”
               
Beberapa lama kemudian..

“ Nah, udah jadi tuh mobilnya.”
“ Okeh, nih uangnya ambil aja.”
“ kamu tuh ya, mentang-mentang anak orang kaya. Aku tuh gak butuh uang kamu. Aku tuh cuma butuh ucapan terimakasih aja. Mendingan tadi aku gak usah nolongin. Udah ditolongin malah gini. Hah, udahlah”
Rena yang melihatku wajahnya sedikit gak enak gitu.
               
Esok harinya,Rena yang biasanya ngganggu aku malah sekarang jadi baik sama aku.
“ Hai Mita, makasih ya buat yang kemarin. Maaf aku salah kemarin.”
“ Iya gak apa-apa kok.”
“ Nanti pulang sekolah aku mampir kerumahmu ya. Kalau boleh aku mau belajar sederhana kaya kamu. Jadi aku boleh ya tinggal dirumah kamu buat beberapa hari aja. Ok?”
“ Beneran ini, aku gak salah dengar kamu mau kerumah ku? Dengan senang hati.”
“ Makasih Mita.”

                Sejak saat itu aku dengan Rena menjadi teman baik dan bersahabat. Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Rena bahkan sering tinggal dirumah ku. Dan akupun sebaliknya. Hidupku jadi lebih bahagia karena ada sahabat yang selalu disisiku. Aku harap persahabatan ini tidak akan berakhir dan akan selamanya seperti ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar